Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “…dan itu cukup ditunaikan dengan salat dua rakaat…” Artinya, jika seseorang salat dua rakaat, maka ia menggerakkan seluruh persendiannya, sehingga terwujudlah rasa syukurnya.
Namun, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak saja bersabda: “…dan itu cukup ditunaikan dengan salat dua rakaat…” (HR. Muslim) tapi apa sabda lengkapnya? “…dan itu cukup ditunaikan dengan salat dua rakaat…” Kapan dua rakaat ini dikerjakan? “…dua rakaat yang ia kerjakan pada waktu duha.”
Mengapa di waktu duha? Agar pahala dilipatgandakan. Anda benar! Karena waktu duha adalah waktu orang-orang sedang lalai. Karena waktu duha adalah waktu orang-orang sedang lalai.
Salah satu kaidah diagungkan dan diutamakannya suatu amalan dalam syariat: adalah amalan itu dilakukan pada waktu orang-orang sedang lalai. Sebab pada waktu duha, manusia sibuk mengejar urusan dunia mereka.
Apa contoh lain pengagungan amal pada waktu lalai? Ya, Anda, silakan! Ya? Ya, di sepertiga malam terakhir. Ada yang lebih mudah daripada itu. Doa apa? Bukan, itu masih ada pembahasan! Ada amalan yang lebih mudah dari itu, disebutkan dalam hadis Ubadah bin Ash-Shamit dalam Shahih Bukhari:
“Barang siapa yang terbangun di malam hari…” Maksudnya, orang yang terbangun pada malam hari dan masih ingin apa? Masih ingin kembali tidur di kasurnya, bukan karena ingin bangun untuk salat. “Barang siapa yang terbangun di malam hari lalu mengucapkan: Subhanallaah walhamdulillaah…Wallaahu akbar wa laa ilaaha illallaah…wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah. Maka jika kemudian ia memohon ampun, niscaya akan diampuni dan jika ia bangun dan mendirikan salat dua rakaat, maka salat itu akan diterima.” (HR. Bukhari dibawakan Syaikh secara makna).
Pahala amalan ini dijadikan lebih besar. Mengapa? Karena ia dilakukan pada waktu orang sedang lalai. Seorang perawi hadis ini mengatakan: “Aku ingin menerapkan hadis ini tapi aku tidak mampu.” Karena begitu susah dilakukan.
Betapa banyak dari kita, ada yang terbangun di malam hari, terjaga, kemudian ia duduk beberapa menit, lalu kembali tidur, tetapi ia tidak mengucapkan: Subhanallaah walhamdulillaah wallaahu akbar… hingga akhir zikir. Inilah salah satu cara syariat dalam mengutamakan amal, dan masih ada contoh-contoh lain.
====
قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ أَيْ لِأَنَّهُ إِذَا صَلَّى الْإِنْسَانُ رَكْعَتَيْنِ حَرَّكَ جَمِيْعَ مَفَاصِلِهِ فَوَقَعَ الشُّكْرُ
لَكِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا قَالَ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ قَالَ إِيشْ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ مَتَى يَرْكَعُهُمَا؟ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
لِمَاذَا؟ يُعَظَّمُ الْأَجْرُ أَحْسَنْتَ لِأَنَّ وَقْتَ الضُّحَى وَقْتُ غَفْلَةٍ لِأَنَّ وَقْتَ الضُّحَى وَقْتُ غَفْلَةٍ
وَمِنْ قَوَاعِدِ تَعْظِيمِ الْعَمَلِ وَتَفْضِيلِهِ فِي الشَّرْعِ أَنْ يَكُونَ وُقُوعُهُ فِي وَقْتِ غَفْلَةٍ فَالنَّاسُ فِي الضُّحَى مُقْبِلُونَ عَلَى طَلَبِ مَصَالِحِهِمْ فِي الدُّنْيَا
مِثْلُ أَيْش تَعْظِيمُ الْعَمَلِ فِي وَقْتِ الْغَفْلَةِ؟ نَعَمْ إيشْ؟ أَنْتَ نَعَمْ تَفَضَّلْ نَعَمْ الثُّلُثُ الْأَخِيرُ مِنَ اللَّيْلِ أَسْهَلُ مِنْ ذَلِكَ؟ دُعَاءُ أَيْش؟ لَا فِيهِ مَقَالٌ هَذَا أَسْهَلُ مِنْ ذَلِكَ حَدِيثُ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ فِي صَحِيح الْبُخَارِيِّ
مَنْ تَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ يَعْنِي اسْتَيْقَظَ أَثْنَاءَ اللَّيْلِ مُرِيدًا إِيْش؟ مُرِيدًا لِلْبَقَاءِ عَلَى الْفِرَاشِ لَيْسَ مُرِيدَ الْقِيَامِ مَنْ تَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ فَقَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَإِنِ اسْتَغْفَرَ أَيْش؟ غُفِرَ لَهُ وَإِنْ قَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ قُبِلَتَا مِنْهُ
عُظِّمَ الْعَمَلُ لِمَاذَا؟ لِأَنَّهُ وَقْتُ غَفَلَةٍ قَالَ بَعْضُ رُوَاةِ الْحَدِيثِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعْمَلَ ذَلِكَ فَلَمْ أَقْدِرْ لِمَشَقَّتِهِ
قَدْ تَجِدُ كَمْ وَاحِدٌ مِنَّا مَنْ يَتَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ يَسْتَيْقِظُ ثُمَّ يَجْلِسُ دَقَائِقَ ثُمَّ يَرْجِعُ لَكِنْ مَا يَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ إِلَى آخِرِ الذِّكْرِ فَهَذَا مِنْ طَرَائِقِ الشَّرِيعَةِ فِي تَفْضِيلِ الْعَمَلِ وَلَهُ صُوَرٌ أُخْرَى